Bacang, Ketan Isi Daging Dibungkus Daun Bambu

bacang atau bakcang

Bacang adalah makanan berbahan beras atau beras ketan dengan isian daging yang dibungkus daun bambu hingga berbentuk limas (umumnya) atau tabung. (Foto: courtesy Dwi Lie for  SAJISEDAP.com)

SAJISEDAP.COM-Kota Malang - Salah satu kuliner asal negeri Tiongkok yang populer di Indonesia adalah bacang atau bakcang.

Di negara asalnya disebut dengan nama Zong zi. Ada pula yang menyebutnya Ba Tzang.

Bacang adalah makanan berbahan beras atau beras ketan dengan isian daging yang dibungkus daun bambu. Bentuknya biasanya limas atau tabung.mirip bentuk lontong.

Bungkusan daun bambu itu diikat dengan kencang, kemudian dikukus atau direbus.

Versi aslinya, bacang berisi daging babi cincang atau tanpa isi. Namun di Indonesia saat ini bacang telah berkembang dengan banyak varian.

Selain daging babi, variasi isinya antara lain daging sapi, daging ayam, telur bebek asin, kerang, kacang merah,  jamur.

Bahan pembungkusnya juga tidak selalu daun bambu. Penjual ada yang membuat bacang dengan bungkus daun pisang atau daun lainnya.

Festival Perahu Naga

Di Tiongkok, pedagang bacang akan bermunculan menjelang festival Peh Cun atau biasa disebut Duanwu Jie yang artinya festival Perahu Naga.

Asal usul festival Perahu Naga ini adalah, dahulu ada seorang menteri negara Chu yang bernama Qu Yuan.

Dia sangat dihormati karena mampu memberi nasihat yang bijak dan  membawa perdamaian dan kemakmuran  negaranya.

Namun, ada seorang bangsawan yang tidak jujur ​​dan korup memfitnah Qu Yuan hingga ia menanggung malu.

Qu Yuan akhirnya melompat ke sungai Miluo pada hari kelima bulan kelima kalender China. 

zong zi atau bacang
Bacang adalah makanan berbahan beras atau beras ketan dengan isian daging yang dibungkus daun bambu hingga berbentuk limas (umumnya) atau tabung. (Foto: courtesy Dwi Lie for SAJISEDAP.com)

Orang-orang di negara Chu meratapi kematian Qu. Sebagai rasa hormat, masyarakat melemparkan Zong zi (bacang) ke sungai untuk memberi makan hewan air agar mereka tak memakan jenazah Qu yuan.

Selain itu, sebagian masyarakat negeri Chu membuat perahu berbentuk naga dan mendayung beramai-ramai untuk mencari jenazah Qu yuan.

Mereka mendayung dan mengepakkan dayung kuat-kuat. Maksudnya membuat hewan air menjadi takut dan pergi dan tidak memakan jenazah Qu yuan.

Dari sinilah legenda itu berlangsung dari waktu ke waktu. Setiap hari kelima bulan kelima kalender China, mereka mengenang peristiwa tersebut.

Waktu berjalan, terwujudlah festival Perahu Naga. Sementara tradisi melemparkan kue bacang atau Zong zi ke sungai Miluo berubah menjadi tradisi memakan kue bacang.

Legenda ini telah berusia 2.300 tahun lebih dan setiap tahunnya dirayakan masyarakat Tionghoa di seluruh dunia. (#)

Naya